Semua orang selalu ingin menuju ke satu titik yaitu kebaikan, hanya kadang-kadang jalannya yang berbeda-beda namun akhirnya malah efek perbedaannya yang lebih mencolok dibandingkan tujuannya.

Menatap Musik Kedepan

Badai gelombang MP3 yang kemudian dipopulerkan oleh Winamp, dan kemudian sekarang bergeser ke MP3/MP4 player, atau handphone yang berfungsi sebagai walkman, dan berbagai gadget yang lain, tidak bisa dipungkiri telah menjadikan bisnis musik terutama dari sisi penjualan kaset atau CD mengalami penurunan yang sangat drastis.

terlintas pikiran saya, ke depan, mungkin dalam jangka waktu kurang dari satu dasawarsa, ukuran kesuksesan seorang penyanyi yang biasanya diukur dengan sekian juta kopi CD/kaset terjual hingga mereka memperoleh predikat platinum tidak akan lagi dijadikan sebagai pedoman. Bagaiamana tidak? Seorang penikmat musik akan lebih menyukai untuk mengkopi MP3 dari temannya, atau download dari Internet yang dapat dipergunakan untuk mencari segala macam jenis musik. Tidak peduli apa pun jenis musiknya, pop, rock, dangdut, atau pun musik dakwah ala nasyid pun akan “dibabat” habis oleh MP3 ini. "tarik Mang!!!!1"


Lalu adakah yang bisa dilakukan oleh industri musik? penyanyi? pencipta lagu? Apakah mereka akan menuntut para penikmat musik yang lebih senang dengan MP3 yang dapat diperoleh secara mudah dimana-mana? Tentu tidak, badai gelombang ini tidak akan bisa dihadang, zaman telah berubah, bahkan konsep DRM (Digital rights management) yang memungkinkan proteksi multimedia agar hanya bisa didengarkan oleh yang berhak pun ditinggalkan oleh industri download musik besar macam iTunes. Yang perlu dilakukan tentu adalah dengan mengubah konsep bisnis mereka.

Yang tadinya menggantungkan diri dengan penjualan CD/Kaset, harus mulai merubah pola bisnisnya. Bahkan beberapa grup musik pun telah merelakan penikmat musik mereka untuk mendownload lagu-lagu mereka secara gratis dari website mereka. Lalu dari mana pemusik bisa hidup? Sebenarnya banyak. Dengan memperkuat branding mereka dengan cara download musik gratis, mereka akan semakin dikenal oleh masyarakat banyak.

Nuansa mendengarkan musik dengan MP3 player tentu tidak akan mampu menggantikan “feeling” yang muncul ketika datang ke konser secara live. Saya yakin, orang masih akan datang ke konser, meski mereka tiap hari sudah mendengarkan lagunya dari MP3 player yang mereka miliki. Kemudian dengan adanya fans club, mereka bisa menjual merchandise, dan jika mereka semakin laris dan dikenal orang, akan semakin sering diminta manggung di televisi yang bayarannya saya kira juga cukup mahal, atau pun menjadi bintang iklan, termasuk juga dengan menggiatkan Ring Back Tone yang cukup populer di Indonesia seperti yang di sini.

Jadi, kenapa harus takut dengan badai MP3? Paradigma mereka harus dirubah dari yang tadinya bermusuhan, menjadi memanfaatkan. Or do you have any other ideas?



bacaan yang berhubungan:

Raggae Not Crime

youtube

0 coment:

Posting Komentar